Laki-laki lebih Rentan Terkena kanker Hati

Perbedaan sangat mendasar ditunjukkan tubuh laki-laki dan perempuan terhadap resiko terkena kanker hati, dan penyebabnya terletak di unsur genetik berdasarkan gender, demikian kesimpulan penelitian yang dilakukan para ahli di Institut Teknologi Massachusetts (MIT).

Ini adalah kajian genome pertama yang menjelaskan kaitan antara gender dan kanker non-organ reproduksi, kata Arlin Rogers, pakar Patologi dan ketua tim peneliti MIT. Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah “Cancer Research” itu, laki-laki berpotensi terkena kanker hati dua kali lebih besar daripada perempuan di Amerika Serikat. Di negara lain, terutama Asia, angka potensi ini bisa lebih tinggi, yakni 8-10 kali lipat lebih besar.

Kanker hati adalah jenis kanker tersering nomor 5 di dunia dan penyebab kematian nomor 3 terbesar. Angka kanker hati di Amerika lebih rendah daripada negara-negara lain, tetapi trennya menunjukan peningkatan yang drastic akibat infeksi hepatits C lewat transfusi darah yang terus melonjak sejak 1970-an dan tentunya penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

Faktor lain yang memicu angka kanker hati adalah masalah obesitas dan diabetes yang terus menjadi perhatian pemerintah. Rogers menjelaskan bahwa hati laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan yang cukup kentara. Perbedaan ini sangat jelas terlihat semasa periode pubertas, yakni ketika organ hati laki-laki lebih terekspos pertumbuhan hormon. Hal ini kemudian menyebabkan organ hati laki-laki dan perempuan menunjukkan reaksi yang berbeda terhadap antibiotik dan obat-obatan serupa.

Dalam penelitiannya para ilmuwan MIT mengkaji tikus yang juga punya tren lebih tinggi mengalami kanker hati pada jenis kelamin laki dibandingkan yang perempuan. Tikus itu kemudian disuntikkan bakteri hepatitis yang memproduksi gejala hepatitis yang sama dengan karakter hepatitis B dan C pada manusia. Baik pada manusia dan tikus, laki-laki dan perempuan yang sehat bisa menunjukkan reaksi terhadap racun akut dan tekanan-tekanan lain. Tetapi organ hati laki-laki ternyata tidak selengkap organ hati perempuan untuk menghadapi peradangan kronis yang muncul akibat infeksi zat-zat tertentu.

Ketika tikus jantan menghadapi hepatitis kronis, sebagian gen maskulin di hati ditingkatkan kerjanya, sebagian gen lain dihentikan aktifitasnya. Pada saat bersamaan sebagian gen feminim diaktifkan ulang. Akibat hal ini, para peneliti mencatat bahwa profil gen kemudian menjadi tidak jelas, istilahnya ‘kekacauan gender-hati’.

“Tidak ada alas an atau pola. Cuma memang kacau saja antara gen maskulin denga gen feminim,” jelas Rogers.

Masih menurut kajian para ahli, gen berdasarkan jenis kelamin ternyata menunjukan reaksi yang berbeda terhadap radang infeksi. Gen laki-laki saat berhadapan dengan hepatitis kronis bereaksi, sebagian kelebihan beban, sebagian lainnya kekurangan beban, sehingga organ hati tidak bisa mempertahankan fungsi metabolisme yang normal saat kanker muncul. Sementara itu perempuan dewasa relative lebih rendah potensi terkena kanker hati, karena gen di organ hati tidak merasa perlu berganti menjadi gen maskulin untuk menghadapi kanker, demikian ungkap Rogers.

WHO memperkirakan ada lebih dari 180 juta orang di dunia lebih terinfeksi hepatitis C, dan lebih dari 400 juta orang lainnya hidup dengan hepatitis B, bahkan beberapa pakar kesehatan mengatakan virus hepatitis lebih mudah menular dibandingkan virus HIV. Yang paling ditakuti dari penyakit ini adalah potensi berkembangnya penyakit ini menjadi kanker hati atau sirosis yang dapat berakhir pada kegagalan fungsi hati dan mengakibatkan kematian.

Jika dirunut berdasarkan jumlah angka kematian pasien, sirosis menempati urutan ketujuh sebagai penyakit kronis yang mematikan. Oleh karena itu kewaspadaan akan penyakit ini menjadi hal penting, mengingat penularannya kadang tidak disadari pasien. Apalagi faktor penyebaran virus di Indonesia berkembang sangat cepat yang salah satunya dipengaruhi oleh ketidaktahuan masyarakat ada tidaknya virus hepatitis yang diidapnya. Padahal 25% diantara pengidap yang tidak tahu ini berpotensi menderita sirosis setelah rentang waktu 15-20 tahun virus bersarang di tubuh mereka.

Menurut ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia Unggul Budihusodo, beberapa pola penyebaran virus hepatitis terjadi diantaranya melalui jarum tindik, alat narkotik, hubungan beresiko, tato, dan transfusi darah.

“Pada tahun 2000 disebutkan penularan melalui suntikan putaw mengontribusi 80 persen perkembangan penularan hepatitis, bahkan polanya sangat cepat,” ujar Unggul.
Laporan minggan WHO 2000 menyebutkan di dunia terdapat setidaknya 170 juta pasien terinfeksi virus hepatitis dengan perkiraan 315.000 kasus baru muncul setiap tahun.



-by Ade, dari berbagai sumber-

Comments :

0 comments to “Laki-laki lebih Rentan Terkena kanker Hati”

Post a Comment